Pergeseran Makna Kata (Sumber:hoesnaeni.wordpress.com/bahan-pembelajaran/)

PERUBAHAN MAKNA
Perubahan bahasa merupakan
semua hasil proses
perkembangan bahasa, baik
penambahan, pengurangan,
maupun penggantian, dalam
bidang apa saja pada bahasa,
seperti bentuk dan makna
(leksikal ataupun gramatikal).
1. Sebab-sebab Perubahan Makna
Perubahan arti kata dapat
disebabkan oleh:
(1) peristiwa ketatabahasaan,
(2) perubahan waktu,
(3) perbedaan tempat,
(4) perbedaan lingkungan, dan
(5) perubahan konotasi.
(1) Peristiwa Ketatabahasaan
Perubahan makna bisa
dikarenakan peristiwa
ketatabahasaan, misalnya
pengimbuhan, pengulangan, dan
penggabungan. Kata turun dalam
kalimat ‘Ia baru turun dari
gunung’ mmmpunyai makna
‘bergerak dari atas ke bawah’.
Karena konteks tertentu dari
peristiwa ketatabahasaan kata
turun dapat mengalami
perubahan makna.
Perhatikan makna kata turun
pada kalimat-kalimat berikut ini!
a. Ia baru saja turun dari Mekah.
b. Ketinggian air laut tidak turun-
turun, padahal kami hendak
bermain di pasir.
c. Semua penumpang busus
disuruh turun.
d. Kondisi tubuhnya turun drastis.
e. Perintah dari atasan belum
turun.
f. Usaha itu dikelola oleh keluarga
Hardi secara turun-temurun.
g. Harga beras mulai menurun.
h. Setelah menuruni lembah itu,
kami beristirahat.
i. Dalam pertandingan itu,
Persebaya menurunkan pemain-
pemain terbaiknya.
j. Ia masih keturunan raja
Mataram.
(2) Perubahan Waktu
Perubahan makna bisa
disebabkan perubahan waktu.
Kata yang dulunya bermakna
tertentu, sekarang bisa
mempunyai makna tambahan
atau bisa juga berubah maknanya.
Kata kota dahulu bermakna
‘ dinding (tembok) yang
mengelilingi tempat
pertahanan ’. Sekarang kota
bermakna ‘daerah yang
merupakan pusat kegiatan
pemerintahan, ekonorni,
kebudayaan ’. Contoh lainnya
dapat Anda lihat pada contoh-
contoh berikut:
Makna Dahulu Makna Sekarang
berlayar : ‘bepergian dengan
perahu layar’ ‘bepergian
dengan perahu yang
memakai layar maupun tidak’
sarjana : ‘orang pandai yang
terpandang’ ‘lulusan
perguruan tinggi,
gelar universitas ’
ibu : ‘orang perempuan yang
telah ‘sebutan hormat kepada
wanita’
melahirkan’
(3) Perbedaan Tempat
Perubahan makna bisa
dikarenakan perbedaan tempat.
Kata yang di suatu daerah
mempunyai makna tertentu, di
daerah lain mempunyai makna
yang berbeda. Kata abang di
Jakarta (Indonesia) bermakna
‘ kakak laki-laki’; dalam bahasa
Jawa bermakna ‘merah’.
Contoh lainnya dapat Anda lihat
berikut ini:
bangsat : di Minangkabau
bermakna ‘orang gembel,
miskin’;
di Jakarta bermakna ‘kepinding,
kutu busuk’;
dalam bahasa Indonesia
bermakna ‘orang yang bertabiat
jahat
(terutama yang suka mencuri,
mencopet.)
budak : di Sunda bermakna
‘ anak, kanak-kanak’;
dalam bahasa Indonesia
bermakna ‘hamba, orang gajian
(budak belian)’
batin : di Sumatra bermakna
‘ penghulu adat’;
dalam bahasa Indonesia
bermakna ‘yang terdapat dalam
hati’
(4) Perbedaan Lingkungan
Perubahan makna makna bisa
dikarenakan perbedaan
lingkungan. Kata kitab secara
umum bermakna ‘buku’; di
kalangan agama, kata kitab
bermakna ‘buku suci’.
Cobalah Anda lihat pada contoh-
contoh berikut ini!
nilai : di lingkungan ekonomi
bermakna ‘harga’; di
lingkungan pendidikan bermakna
‘ angka kepandaian’; di
lingkungan kebudayaan bermakna
‘ konsep abstrak mengenai
sesuatu’
negeri : di hngkungan pendidikan
bermakna ‘yang
diselenggarakan oleh negara
(lawan kata swasta )’; di
lingkungan geografi bennakna
‘ tanah tempat tinggal suatu
bangsa’
nada : di lingkungan linguistik
bermakna ‘ungkapan keadaan
jiwa atau suasana hati; makna
yang tersembunyi di ucapan ’; di
lingkungan seni musik bermakna
‘ tinggi rendahnya bunyi’
gaya : di lingkungan linguistik
bermakna ‘pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek
tertentu; di lingkungan sastra
bermakna ‘keseluruhan ciri-ciri
bahasa sekelompok penulis
sastra ’; di olah raga bermakna
teknik/cara melakukan sesuatu’;
di lingkungan sosial bermakna
‘ pola tingkah laku’
(5) Perubahan makna bisa
dikarenakan perubahan konotasi.
Kata menggembosi bermakna
‘ membuat menjadi gembos’,
misalnya dalam kalimat ‘Anak
itu menggembosi ban mobil
adiknya agar adiknya tidak jadi
pergi ’. Karena konotasi tertentu,
maknanya bisa berubah menjadi
‘ mengurangi (menurunkan) isi
atau jumlah (orang, barang)
banyak-banyak dalam waktu
dekat, misalnya dalam kalimat
‘ Kelompok organisasi itu
menggembosi partainya dalam
pemilu ini ’.
Contoh lainnya dapat Anda lihat
berikut ini:
a. gerombolan (1) kelompok;
kawanan
(2) kawanan pengacau (perusuh)
b. mengamankan (1) menjadikan
tidak berbahaya, tidak rusuh
(2) menjadikan tenteram
(3) melindungi, menyelamatkan
(4) menjinakkan (ranjau, granat,
meriam)
(5) menyimpan atau
menyembunyikan supaya tidak
diambil orang
(6) menahan orang yang
melanggar hukum
c. membungkam (1) menutup
mulut supaya diam
(2) membuat orang/organisasi/
pers tidak mengeluarkan
pendapat/ berita
2. Jenis-jenis Perubahan Makna
Berdasarkan jenisnya, perubahan
makna bisa dibedakan atas (1)
perluasan, (2) penyempitan, (3)
peninggian (ameliorasi), (4)
penurunan (peyorasi), (5)
asosiasi, dan (6) sinestesia.
(l) Perluasan Makna
Perluasan makna adalah proses
memperluas makna unsur bahasa
dengan memperluas konteksnya.
Kata bapak yang artinya ‘orang
tua laki-laki; ayah’ dapat
diperluas konteksnya sehingga
bermakna ‘seorang laki-laki
yang berumur lebih tua atau yang
dihormati ’.
Kata saudara yang semula artinya
‘ anak-anak yang sekandung/
seibu/seayah’ dapat diperluas
konteksnya sehingga bermakna
‘ semua orang yang sama
umurnya/derajatnya/
kedudukannya ’.
(2) Penyempitan Makna
Penyempitan makna adalah
proses pembatasan konteks dari
sebuah unsur bahasa yang dipakai
sehingga maknanya menjadi lebih
terbatas dari makna pusatnya.
Misalnya kata pendeta yang
semula bermakna ‘orang yang
berilmu’, sekarang digunakan
dalam konteks yang lebih sempit,
sehingga bermakna ‘guru
Kristen’. Kata sastra yang dulu
berarti ‘semua tulisan’
sekarang bermakna tulisan yang
bersifat seni; karya seni bahasa ’.
(3) Peninggian Makna (Ameliorasi)
Peninggian makna ialah
perubahan makna yang
mengakibatkan makna yang baru
dirasakan lebih tinggi/hormat/
halus/baik nilainya daripada
makna lama.
Berikut ini merupakan contoh dari
peninggian makna.
Lama Sekarang/Baru
wanita : ‘yang diinginkan’
‘lebih tinggi/hormat
(oleh pria) daripada kata
perempuan ’
putra : ‘anak laki-laki’ ‘lebih
tinggi daripada kata anak’
tunarungu : ‘tidak bisa
mendengar’ ‘lebib tinggi
daripada kata tuli’
tunawisma : ‘tidak punya
rumah’ ‘lebih tinggi daripada
gelandangan’
tunanetra : ‘tidak bisa
melihat’ ‘lebih tinggi daripada
kata buta’
pramuwisma: ‘pembantu rumah
tangga’ ‘lebih tinggi daripada
kata pembantu rumah tangga’
(4) Penurunan Makna (Peyorasi)
Penurunan makna adalah
perubahan makna yang
mengakibatkan makna yang baru
dirasakan lebih rendah/kurang
baik/kurang halus/kurang
menyenangkan nilainya daripada
makna lama.
Silakan Anda perhatikan contoh-
contoh berikut ini!
Lama Sekarang/Baru
perempuan : ‘lawan laki-laki’
‘lebih rendah daripada kata
wanita’
buruh : ‘pekerja’ ‘lebih
rendah daripada kata karyawan/
pegawai ’
laki : ‘suami’ ‘lebih rendab
daripada kata suami’
kencing : ‘air kecil; berkemih’
‘lebih rendah daripada kata air
kecil/urine’
mencret : ‘sakit murus’
‘lebih rendah daripada kata
disentri’
(5) Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara
makna lama dengan makna baru,
Kata amplop merujukpada benda
yang digunakan sebagai sampul
surat. Pada suatu saat, untuk
melancarkan usaha atau untuk
mencapai tujuan tertentu, orang
berani menyogok dengan cara
memberi uang kepada pejabat/
orang. Uang sogok ini biasanya
dimasukkan ke dalam amplop.
Akibatnya, orang
menghubungkan amplop dengan
uang sogok. Itulah sebahnya,
amplop yang maknanya ‘sampul
surat’ bisa juga bermakna
‘uang sogok’. Anda perhatikan
contoh berikut ini!
Lama Sekarang/Baru
bunga : ‘kembang’ ‘gadis
cantik’
mengeruk : ‘mengorek,
mengeduk, ‘mengambil
keuntungan’
menggali’
kursi : ‘tempat duduk’
‘jabatan, kedudukan’
basah : ‘mengandung air’
‘banyak mendatangkan
keuntungan’
empuk : ‘lunak, tidak keras’
‘menyenangkan; enak (karena
fasilitas yang cukup’
lengser : ‘meluncur’ ‘turun
dari jabatan’
(6) Sinestesia
Sinestesia ialah perubahan makna
akibat pertukaran tanggapan dua
indra, misalnya: dari indra
penglihatan ke indra pendengar,
dari indra perasa ke indra
pendengar.
Contoh:
a. Ia mengkritik saya dengan
pedas.
(pendengar – perasa)
b. Dari tadi mukanya masam
terus.
(penglihatan – perasa)
c. Kami disambut hangat oleh
tuan rumah.
(penglihatan – perasa)
d. Suaranya bening sekali.
(pendengar – penglihatan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita ABG | Cerita HOT | Cerita ABG ML (foto HOT)

How to Contact Me

Resensi Buku | Review Novel Once Upon a Love by Aditia Yudis