Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Curhat Sekilas Tentang Blog

Gambar
Yayy.. Setelah sekian lama, akhirnya bisa juga ngepost langsung dari blog lewat url http://beta.blogger.com/blog-this.g/ (yang kulihat dari post mansuka) Karena sejak blogger ganti tampilan baru, aku, atau mungkin semua(?) blogger mobile ngga bisa post lewat opmin HP. Jadi, aku pun cuma bisa mengandalkan post lewat email. Aku juga mau curhat tentang statistik blog. Semenjak aku dapat kira-kira 100 atau 1000 backlink dari suatu website yang aku kunjungi dari hasil blogwalking, statistik per hari ku yang biasanya bisa 500 lebih, sekarang malah jadi 500 ke bawah. Kalau beruntung kadang-kadang bisa 500 lebih, tapi itu pun sesekali aja. Apa kalau nyari backlink berlebihan itu bisa buat statistik turun ya? kalau ada yang paham soal beginian, mohon bantuannya di kotak komentar ya.. Soalnya aku agak 'buta' sama hal backlink gitu.

Review My Idiot Brother: Love and Life Chocolatos by Agnes Davonar

Gambar
Baru bisa post ini, setelah sekian lama review ini mendekam di dalam HP. ==' Judul: My Idiot Brother: Love and Life Chocolatos Pengarang: Agnes Davonar Penerbit: Inandra Published Desain Cover: Wira Imaji Nyata Editor: Cepi Komara Tempat dan tahun terbit: Jakarta, Januari 2011 Harga: Rp 35.000 Sinopsis: Angel adalah gadis remaja berusia 13 tahun yang mempunyai kakak lelaki, bernama Hendra, yang memiliki penyakit keterbelakangan mental. Angel tidak pernah menyukai kakaknya karena penyakit itu. Ia tak pernah menghargai setiap perbuatan kakaknya kepadanya. Walaupun begitu, kakaknya tidak begitu mempermasalahkannya dan terus menyayanginya. Karena memiliki kakak yang idiot, Angel juga sering diejek teman-temannya. Angel selalu mendapat hinaan dan cacian teman-teman sekolahnya dan oleh karena itu, ia juga sering bertengkar dengan teman sekelas yang sering mengejeknya, Agnes. Apalagi, setelah Angel mengenal Aji, murid baru tampan yang ia dan Agnes kagumi di sekolahnya.

Sedikit Fiksi Tentang Kegalauan Akan Masalah

Malam yang dingin karena rintik-rintik hujan, seperti sekarang ini, bukanlah hal yang menyenangkan lagi, seperti sebelumnya. Biasanya, salah satu hal yang ia sukai untuk dilakukan ialah, meringkuk di bawah hangatnya selimut, dengan suasana kamar yang temaram, memeluk guling dengan erat, dan memejamkan mata sembari mendengar bunyi gemericik rintik-rintik hujan yang jatuh ke atap dan tanah. Entah kenapa udara dingin yang membelainya, justru malah memberikan kenikmatan tersendiri baginya. Tapi, tidak seperti sekarang. Ia hanya meringkuk di atas kasur, memeluk lututnya, tanpa kehangatan selimut. Udara dingin tak lagi ia rasakan membelainya, malah sekarang, seperti menusuk tulang-tulangnya, sehingga bulu romanya pun berdiri tegak. Ia menggigil kedinginan. Keadaan kamarnya yang temaram justru malah memperburuk perasaannya. Beberapa kali tubuhnya bergetar, tetes demi tetes air mata berjatuhan dari pelupuk matanya dan membasahi seprai kasur. Suara deras rintik-rintik hujan pun bagai lagu p