Hidup Butuh Perjuangan Keras, Betul Tidak?
Hidup Butuh Perjuangan Keras
Ya, segala sesuatu butuh perjuangan. Bahkan meminjam pensil kepada teman pun butuh perjuangan juga kan? Jika yang satu tidak ada pensil, maka cari lagi yang lain, jika yang satu ada pensil tapi pelit, ya pinjam lagi ke yang lain, dst.
Kalau meminjam pensil saja butuh perjuangan, pasti hidup ini tidak begitu mudah bukan? Meminjam "kata mutiara" Shikamaru di film Naruto,
”Aku hanya ingin hidup seperti awan.
Bebas, dan tenang. Ketika aku tua nanti,
aku mempunyai seorang istri dan
mempunyai 2 anak, satu laki-laki dan satu
perempuan, lalu aku meninggal duluan,
dan begitulah kehidupanku berlangsung.
Sayangnya semua tidak semudah itu,
merepotkan sekali!”
Ya, hidup memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, kalau semudah membalikkan telapak tangan, pasti aku akan membalikkan telapak tangankku terus..!*?*
Seperti kata Shikamaru tadi, aku juga kadang berpikir..
"mulai dari masa balita, lalu aku akan beranjak ke masa anak-anak, dan lalu sekolah, beranjak ke masa remaja, san lalu aku sekolah tingkat SMP dan SMA, aku lolos semua ujian, baik ujian semester maupun nasional, dan lalu aku kuliah, mengambil jurusan TIK dan lalu 3 tahun kemudian aku selesai kuliah dan lalu menciptakan sebuah alat canggih didunia dan lalu aku sukses dan kaya raya, dan masih banyak lalu-lalu lainnya."
Well, mimpi yang tragiskah? Jika diceritakan semuanya begitu indah dan begitu menarik dan juga semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, dalam kehidupan nyata, semua itu butuh perjuangan. Mimpi itu memang perlu, tapi apalah artinya mimpi tanpa perjuangan? Itu sama saja dengan membual kan? Pasti banyak ribuan kali jatuh-bangun dan pro-kontra dalam hidup kita, dan terkadang itulah yang membuat kita menjadi menyerah.
Sama halnya menulis sebuah novel, pasti ada yang suka atau bahkan sampai benci sekali, sampai mencaci-maki karya orang lain, padahal diri sendiri tak ada kemampuan khusus, dan lalu orang yang membenci cerita novel tersebut memcari kontak dari sang penulis tersebut, lalu memaki mentah-mentah karya tersebut, dan akhirnya sang penulis pun menjadi enggan berkarya hanya gara-gara seseorang pengacau yang tidak perlu dipedulikan padahal masih ada ratusan orang menanti karyanya?
Siapa yang bodoh dalam hal ini? Pencaci makinya atau penulis novelnya?
Kalian tau?
Well, sampai jumpa pada Part II- Hidup Butuh Perjuangan Keras, sedang mencari ide menulis, hee~hee :D +.+V Piece
Copyright : Teeny-chan (Me)
Ya, segala sesuatu butuh perjuangan. Bahkan meminjam pensil kepada teman pun butuh perjuangan juga kan? Jika yang satu tidak ada pensil, maka cari lagi yang lain, jika yang satu ada pensil tapi pelit, ya pinjam lagi ke yang lain, dst.
Kalau meminjam pensil saja butuh perjuangan, pasti hidup ini tidak begitu mudah bukan? Meminjam "kata mutiara" Shikamaru di film Naruto,
”Aku hanya ingin hidup seperti awan.
Bebas, dan tenang. Ketika aku tua nanti,
aku mempunyai seorang istri dan
mempunyai 2 anak, satu laki-laki dan satu
perempuan, lalu aku meninggal duluan,
dan begitulah kehidupanku berlangsung.
Sayangnya semua tidak semudah itu,
merepotkan sekali!”
Ya, hidup memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, kalau semudah membalikkan telapak tangan, pasti aku akan membalikkan telapak tangankku terus..!*?*
Seperti kata Shikamaru tadi, aku juga kadang berpikir..
"mulai dari masa balita, lalu aku akan beranjak ke masa anak-anak, dan lalu sekolah, beranjak ke masa remaja, san lalu aku sekolah tingkat SMP dan SMA, aku lolos semua ujian, baik ujian semester maupun nasional, dan lalu aku kuliah, mengambil jurusan TIK dan lalu 3 tahun kemudian aku selesai kuliah dan lalu menciptakan sebuah alat canggih didunia dan lalu aku sukses dan kaya raya, dan masih banyak lalu-lalu lainnya."
Well, mimpi yang tragiskah? Jika diceritakan semuanya begitu indah dan begitu menarik dan juga semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, dalam kehidupan nyata, semua itu butuh perjuangan. Mimpi itu memang perlu, tapi apalah artinya mimpi tanpa perjuangan? Itu sama saja dengan membual kan? Pasti banyak ribuan kali jatuh-bangun dan pro-kontra dalam hidup kita, dan terkadang itulah yang membuat kita menjadi menyerah.
Sama halnya menulis sebuah novel, pasti ada yang suka atau bahkan sampai benci sekali, sampai mencaci-maki karya orang lain, padahal diri sendiri tak ada kemampuan khusus, dan lalu orang yang membenci cerita novel tersebut memcari kontak dari sang penulis tersebut, lalu memaki mentah-mentah karya tersebut, dan akhirnya sang penulis pun menjadi enggan berkarya hanya gara-gara seseorang pengacau yang tidak perlu dipedulikan padahal masih ada ratusan orang menanti karyanya?
Siapa yang bodoh dalam hal ini? Pencaci makinya atau penulis novelnya?
Kalian tau?
Well, sampai jumpa pada Part II- Hidup Butuh Perjuangan Keras, sedang mencari ide menulis, hee~hee :D +.+V Piece
Copyright : Teeny-chan (Me)
Komentar
Posting Komentar
Suka artikel diatas?
Coment please..
Supaya bisa tahu kalau kamu suka and bisa posting artikel seperti ini lagi :)
Thanks for the visit