GusDur Jokes Monday
Menyengsarakan DPR
SUATU hari di negara antah berantah,
muncul suatu kebijakan baru yang belum
pernah dilakukan sebelumnya di negara
lain.
Kebijakan itu yakni, setiap orang yang
berstatus wakil dinaikkan pangkatnya.
Wakil presiden jadi presiden, wakil direktur
menjadi direktur, wakil komandan menjadi
komandan wakil gubernur menjadi
gubernur, wakil RT menjadi ketua RT dan
seterusnya. Yang penting dalam program
ini tidak ada penggusuran posisi. Perkara
ada posisi ganda, itu bisa diatur dalam
pembagian tugasnya.
Masalah pembengkakan anggaran, semua
ditanggung oleh negara. Sesudah mantap
dengan rencana itu, diajukanlah program
ini ke DPR untuk mendapatkan
persetujuan mereka. Ternyata mereka
menolak. Betul-betul menolak keras.
Bahkan, ditolak mentah-mentah dengan
sangat keras.
Alasannya, program ini menyengsarakan
anggota DPR. Bayangkan, mereka akan
berubah status dari wakil rakyat menjadi
rakyat.
----
SETELAH Gus Dur meninggal dunia, banyak
pihak yang mengusulkan agar namanya
diabadikan sebagai nama antara lain pada
universitas, museum, nama jalan. Hal ini
sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa
mantan Presiden RI tersebut.
Misalnya Universitas Abdurrahman Wahid
di Jakarta, Museum Gus Dur di Jombang,
Jalan Abdurrahman Wahid di Surabya,
serta Wahid Institute.
Maraknya perbincangan itu membuat
pengurus LTMI PBNU Mukhlas teringat
dengan humor Gus Dur waktu berkunjung
ke Jombang.
Di tempat kelahirannya itu, kata Mukhlas,
Gus Dur pernah bercerita bahwa nama
kakeknya telah diabadikan menjadi nama
universitas, yaitu Institut Keislaman
Hasyim Asy'ari (IKAHA) Tebuireng.
Sementara nama ayahnya telah diabadikan
menjadi nama SMA A. Wahid Hasyim
Tebuireng dan SMP A. Wahid Hasyim.
“ Nah berarti saya nanti cuma kebagian
TK Abdurrahman Wahid,” ujar Gus Dur,
seperti ditirukan Mukhlas.
All source from okezone
SUATU hari di negara antah berantah,
muncul suatu kebijakan baru yang belum
pernah dilakukan sebelumnya di negara
lain.
Kebijakan itu yakni, setiap orang yang
berstatus wakil dinaikkan pangkatnya.
Wakil presiden jadi presiden, wakil direktur
menjadi direktur, wakil komandan menjadi
komandan wakil gubernur menjadi
gubernur, wakil RT menjadi ketua RT dan
seterusnya. Yang penting dalam program
ini tidak ada penggusuran posisi. Perkara
ada posisi ganda, itu bisa diatur dalam
pembagian tugasnya.
Masalah pembengkakan anggaran, semua
ditanggung oleh negara. Sesudah mantap
dengan rencana itu, diajukanlah program
ini ke DPR untuk mendapatkan
persetujuan mereka. Ternyata mereka
menolak. Betul-betul menolak keras.
Bahkan, ditolak mentah-mentah dengan
sangat keras.
Alasannya, program ini menyengsarakan
anggota DPR. Bayangkan, mereka akan
berubah status dari wakil rakyat menjadi
rakyat.
----
SETELAH Gus Dur meninggal dunia, banyak
pihak yang mengusulkan agar namanya
diabadikan sebagai nama antara lain pada
universitas, museum, nama jalan. Hal ini
sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa
mantan Presiden RI tersebut.
Misalnya Universitas Abdurrahman Wahid
di Jakarta, Museum Gus Dur di Jombang,
Jalan Abdurrahman Wahid di Surabya,
serta Wahid Institute.
Maraknya perbincangan itu membuat
pengurus LTMI PBNU Mukhlas teringat
dengan humor Gus Dur waktu berkunjung
ke Jombang.
Di tempat kelahirannya itu, kata Mukhlas,
Gus Dur pernah bercerita bahwa nama
kakeknya telah diabadikan menjadi nama
universitas, yaitu Institut Keislaman
Hasyim Asy'ari (IKAHA) Tebuireng.
Sementara nama ayahnya telah diabadikan
menjadi nama SMA A. Wahid Hasyim
Tebuireng dan SMP A. Wahid Hasyim.
“ Nah berarti saya nanti cuma kebagian
TK Abdurrahman Wahid,” ujar Gus Dur,
seperti ditirukan Mukhlas.
All source from okezone
Komentar
Posting Komentar
Suka artikel diatas?
Coment please..
Supaya bisa tahu kalau kamu suka and bisa posting artikel seperti ini lagi :)
Thanks for the visit