Marry Me?
Aku melirik jam tanganku. Dia belum datang juga. Sepertinya aku datang terlalu cepat. Salahkan jantungku yang tak hentinya berdebar-debar, seakan-akan menyuruhku untuk lebih cepat tiba di kafe ini.
Aku menatap kotak kecil berwarna merah marun dalam genggamanku. Penyebab keteganganku ialah, karena kotak ini, lebih tepatnya, karena isi kotak ini, yang akan kugunakan untuk...
Tring... Tring...
Aku mengangkat kepalaku, begitu mendengar suara lonceng pintu masuk kafe berbunyi.
Jantungku mendadak berdebar lebih kencang lagi.
Gadisku sudah datang ternyata. Dan, sekarang ia berjalan ke arahku dengan senyum manisnya yang memikat.
"Maaf, aku terlambat. Kamu sudah menunggu lama, disini?"
Jika boleh aku menjawab jujur, sesungguhnya sudah sangat lama, karena aku tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk hal ini.
Tapi, lidahku kelu.
"Ti-tidak."
Gadisku duduk. Ia menyelipkan untaian rambutnya ke belakang telinga. Alisnya terangkat, matanya menatap penasaran pada sesuatu di genggamanku.
Dan bodohnya aku baru tersadar, aku lupa menyembunyikannya.
"Apa itu?" tanyanya menunjuk kotak kecil yang kupegang.
"I-ini..."
Sepertinya aku memang tak bisa menunggu lebih lama lagi...
"Marry me?"
Kubuka kotak itu. Aku menatapnya penuh harap, berharap semoga jawabannya akan sesuai harapanku.
Ia tampak terkejut, tapi kemudian ia tersenyum, lalu berdiri dan memelukku.
"I will..."
Aku membalas pelukannya, tersenyum lebar. Dalam hati, aku bersyukur. Cintaku ini telah menemukan jalannya.
Aku menatap kotak kecil berwarna merah marun dalam genggamanku. Penyebab keteganganku ialah, karena kotak ini, lebih tepatnya, karena isi kotak ini, yang akan kugunakan untuk...
Tring... Tring...
Aku mengangkat kepalaku, begitu mendengar suara lonceng pintu masuk kafe berbunyi.
Jantungku mendadak berdebar lebih kencang lagi.
Gadisku sudah datang ternyata. Dan, sekarang ia berjalan ke arahku dengan senyum manisnya yang memikat.
"Maaf, aku terlambat. Kamu sudah menunggu lama, disini?"
Jika boleh aku menjawab jujur, sesungguhnya sudah sangat lama, karena aku tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk hal ini.
Tapi, lidahku kelu.
"Ti-tidak."
Gadisku duduk. Ia menyelipkan untaian rambutnya ke belakang telinga. Alisnya terangkat, matanya menatap penasaran pada sesuatu di genggamanku.
Dan bodohnya aku baru tersadar, aku lupa menyembunyikannya.
"Apa itu?" tanyanya menunjuk kotak kecil yang kupegang.
"I-ini..."
Sepertinya aku memang tak bisa menunggu lebih lama lagi...
"Marry me?"
Kubuka kotak itu. Aku menatapnya penuh harap, berharap semoga jawabannya akan sesuai harapanku.
Ia tampak terkejut, tapi kemudian ia tersenyum, lalu berdiri dan memelukku.
"I will..."
Aku membalas pelukannya, tersenyum lebar. Dalam hati, aku bersyukur. Cintaku ini telah menemukan jalannya.
Komentar
Posting Komentar
Suka artikel diatas?
Coment please..
Supaya bisa tahu kalau kamu suka and bisa posting artikel seperti ini lagi :)
Thanks for the visit