Dilema Antara Hobi Baca Buku dan Go Green

Sebagai pembukaan, ini bukanlah lagu Cherrybelle dan juga bukanlah sebuah cerpen, melainkan sebuah artikel yang bertujuan membahas hubungan hobi membaca buku dengan kampanye penghijauan bumi yang sekarang lagi gencar-gencarnya dilakukan atau singkatnya go green. (formal dan panjang banget ye?)

Apa hubungannya? Antara baca buku dan go green? Jelas ada. Hubungannya ialah, buku - kertas-kertasnya itu - didapatkan dari pohon. Aku pernah membaca suatu artikel yang mengatakan 1 rim kertas HVS itu membutuhkan sebatang pohon yang berusia 5 tahun. Hmm... Bayangkan saja, berarti banyak pohon-pohon tua yang harus ditebang demi memenuhi kebutuhan kita akan kertas. Sedangkan, pohon - hutan - ialah paru-paru bumi.

Jadi, apakah hobiku, yang suka membeli dan membaca buku, membuat aku menghabiskan banyak pohon dan menghalangiku mendukung go green?

Nah, itulah yang menjadi dilemaku. *nangis di pojokan*

Apalagi aku juga mendukung adanya gerakan go green ini. Sempat baca juga di forum elex, postingan lama mengenai harga kenaikan kertas dan membuat harga komik dari 15000 menjadi 16500. Rupanya, dulu harga komik itu sempat 15000 ya.. *ketinggalan info* Dulu aku kan masih kecil, jadi belum terlalu mengenal novel atau komik, taunya cuma majalah Bobo. *ketahuan*
Jadi, selama ini aku membeli komik yang harganya naik? T-T

Oke balik lagi ke benang merah, jadi di postingan itu ada juga ada member yang mengusulkan ide mengenai komik yang dibikin jadi ebook gitu. Cuma sebatas ide doang. Jadi, nanti ada perangkat e-reader yang semacam ipad, dan ada memori card yang terdapat ebook-ebook komik dan tentunya legal, karena kita harus membelinya.

Aku juga sempat terpikir mengenai buku yang dijadiin dalam format ebook. Tapi, selain positifnya mengurangi produksi kertas. Ada ngga enaknya juga sih, kalau baca di perangkat elektronik mata pasti jadi cepat lelah, dan ngga ada sensasi(?)nya dibandingkan jika memegang buku langsung.

ada juga ide mengenai, menggunakan kertas daur ulang. Tapi, pastinya bakal lebih mahal lagi buku jadinya. Mengingat proses mendaur ulang kertad, dan juga harganya lebih mahal.

Yah, pada akhirnya semua lari lagi kemasalah ekonomi. Jika memang suatu saat, akan terjadi dimana buku diubah ke ebook, maka pasti para penerbit buku, bakal memperkerjakan lebih sedikit orang (mungkin? Cmiiw) dan lebih banyak penggangguran lagi.
Semua hal di dunia ini pasti punya sisi positif dan negatifnya.

Last, ada yang berniat memberi komentar atas dilema ini?
^_^

Komentar

  1. hmm..klu saya milih E-book..walaupun mata agak sakit, tapi baca khan bisa nyicil...klu buku sama yang lovely pikir ngabisin pohon..hehe

    BalasHapus
  2. @iwan
    Mmg iya sih bisa nyicil.. Cuma aku rasa lbh enak sih klo bisa langsung megang buku.. Hehe.
    Trims atas pendapatnya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Suka artikel diatas?
Coment please..
Supaya bisa tahu kalau kamu suka and bisa posting artikel seperti ini lagi :)
Thanks for the visit

Postingan populer dari blog ini

Cerita ABG | Cerita HOT | Cerita ABG ML (foto HOT)

How to Contact Me

Resensi Buku | Review Novel Once Upon a Love by Aditia Yudis