Biografi William James Sidis - Manusia Paling Jenius di Dunia
Siapa itu William James? aku baru pertama kali tahu tentangnya saat mendengar ceramah di suatu vihara di Medan. Selama ini, aku pikir manusia dengan IQ yang tertinggi itu ialah Albert Einstein, rupanya masih ada yang lebih tinggi lagi yaitu Willian James ini, ia memiliki IQ diatas 250-300. Setelah pulang dari vihara, aku pun mencoba searching di google soal biografi William James ini.
Berikut artikelnya yang aku ambil dari blog http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-james-sidis-manusia-paling.html
***
James Sidis terlahir dengan nama
lengkap William James Sidis pada
tanggal 1 april 1898 Di Amerika
Serikat, James Sidis merupakan
manusia paling jenius yang pernah ada di muka bumi dengan IQ (tingkat Kecerdasan) di atas 250-300 .
Kejeniusannya mengalahkan Da Vinci , Einstein, Newton dan ilmuwan lainnya.
Nama James Sidis nyaris luput dari
hingar bingar pemberitaan tentang para jenius di jagat ilmu pengetahuan.
Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan . Pada usia
belum genap 2 tahun, Sidis sudah
menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat
itu namanya menjadi langganan headline surat kabar. menulis beberapa buku
sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy.
Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Harvard pun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika
Sidis memberikan ceramah tentang
Jasad Empat Dimensi di depan para
professor matematika.
James Sidis lulus cumlaude sebagai
sarjana matematika di usia 16.
Selanjutnya Ia melanjutkan kuliahnya
namun sempat tersendat karena dibully oleh sekelompok mahasiswa yang tidak menyukainya. Di usia 17 Sidis menerima
tawaran sebagai asisten dosen sambil
melanjutkan ke program doktor namun
sayang Ia tidak menyelesaikan studinya
dengan alasan merasa frustasi oleh
sistem pembelajaran dan perlakuan
kakak kelasnya. Saat itu Ia sempat
mengeluh, “ Aku tidak tahu kenapa
mereka memberiku pekerjaan ini dan
menempatkanku sebagai orang
spesial, aku sebenarnya tidak layak
sebagai dosen. “
Lebih dasyat lagi, Sidis mengerti 200
jenis bahasa di dunia dan bisa
menerjamahkannya dengan amat
cepat dan mudah. Ia bisa
mempelajari sebuah bahasa secara
keseluruhan dalam sehari !!!!
Keberhasilan William Sidis adalah
keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang
seorang Psikolog handal berdarah
Yahudi. Boris sendiri juga seorang
lulusan Harvard, murid psikolog ternama
William James (Demikian ia kemudian
memberi nama pada anaknya) Boris
memang menjadikan anaknya sebagai
contoh untuk sebuah model pendidikan
baru sekaligus menyerang sistem
pendidikan konvensional yang
dituduhnya telah menjadi biang keladi
kejahatan, kriminalitas dan penyakit.
Di tahun 1919, Sidis ditangkap dan
ditahan selama 18 bulan karena
keterlibatannya dalam demo Socialist
May Day di Boston. Saat itu Ia
membuat pernyataan menentang wajib
militer pada perang Dunia I.
Penangkapannya itu sempat
menghebohkan media masa
sebagaimana saat Ia mengawali
kiprahnya sebagai bocah jenius.
Sejak keluar dari penjara, Sidis kemudian menghilang bak ditelan bumi dan setelah sekian lama jejaknya terendus
oleh seorang reporter yang bertemu dengan seorang pemulung besi tua nan
papa, ternyata dialah ‘ William James Sidis. ‘
Siapa yang sangka William Sidis
kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun - sebuah saat dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis
meninggal dalam keadaan menganggur,
terasing dan amat miskin. Ironis. Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis
tidaklah bahagia. Popularitas dan
kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa. Beberapa tahun
sebelum ia meninggal, Sidis memang
sempat mengatakan kepada pers bahwa
ia membenci matematika - sesuatu yang
selama ini telah melambungkan
namanya.
Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya
sedikit memiliki teman. Bahkan ia juga
sering diasingkan oleh rekan sekampus.
Tidak juga pernah memiliki seorang
pacar ataupun istri. Gelar sarjananya
tidak pernah selesai, ditinggal begitu
saja. Ia kemudian memutuskan
hubungan dengan keluarganya,
mengembara dalam kerahasiaan, bekerja
dengan gaji seadanya, mengasingkan
diri. Ia berlari jauh dari kejayaan masa
kecilnya yang sebenarnya adalah
proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya
bahwa hidupnya adalah hasil pemolaan
orang lain. Namun, kesadaran memang
sering datang terlambat.
Mengharukan memang usaha Sidis .
Ada keinginan kuat untuk lari dari pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri.
Walau untuk itu Sidis tidak kuasa. Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah berita. Kemanapun Sidis
bersembunyi, pers pasti bisa mencium.
Sidis tidak bisa melepaskan pengaruh
sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur
tertanam sebagai sebuah bom waktu,
yang kemudian meledakkan dirinya
sendiri.
***
Begitulah, dari biografi William James ini aku mengetahui bahwa tidak selamanya kepintaran atau kelebihan itu membuat manusia bahagia. Seperti William James ini mungkin hal seperti itu bukan yang diinginkannya, bukan passion-nya. Dan, keseimbangan itu memang dibutuhkan, jika IQ tinggi tapi EQ dan SQ-nya rendah, apakah ada gunanya?
Komentar
Posting Komentar
Suka artikel diatas?
Coment please..
Supaya bisa tahu kalau kamu suka and bisa posting artikel seperti ini lagi :)
Thanks for the visit